Suami Berjanji Tidak Akan Poligami

Berjanji Tidak Akan Poligami


Fatwapedia.com – Berikut ini adalah fatwa tentang hukum suami berjanji tidak akan poligami namun tidak menepati janjinya.

السؤال: ما حكم إعطاء الرجل زوجته وعداً بعدم الزواج من ثانية إلا بموافقتها، مع العلم أنه لم يفِ بوعده؟

Pertanyaan: Apa hukum seorang suami memberikan janji pada istrinya untuk tidak poligami kecuali mendapat restu sang istri, namun perlu diketahui sang suami ternyata tidak menepati janjinya.

الجواب: الحمد لله، والصلاة والسلام على سيدنا رسول الله لقد أباح الله تعالى للرجل أن يتزوج بأكثر من زوجة بشرط العدل في النفقة والمبيت، فإذا احتاج إلى الزواج بالثانية على أساس الالتزام بإعطاء الحقوق الشرعية لجميع الزوجات؛ فلا حرج في ذلك، ما لم تكن الزوجة قد شرطت على زوجها في عقد الزواج ألاّ يتزوج عليها، فإن لم يف الزوج عندها بالشرط؛ فلها طلب فسخ العقد ومطالبته بسائر حقوقها الزوجية؛ لأن في هذا الشرط مصلحةً لها، ولا يناقض مقتضى عقد الزواج، قال صلى الله عليه وسلم: (الْمُسْلِمُونَ عِنْدَ شُرُوطِهِمْ مَا وَافَقَ الْحَقَّ) رواه الحاكم وغيره.

Jawaban: Segala puji bagi Allah shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah. Islam membolehkan laki-laki menikah lebih dari satu istri dengan syarat adil dalam pemberian nafkah dan jadwal menginap, jika suami butuh menikah lagi dengan tetap menjaga hak-hak istri yang telah ditentukan syari’at maka tidak ada masalah sampai disini. Selama istri tidak pernah menetapkan syarat (tidak boleh menikah lagi) kepada suami saat akad nikah. Maka jika suami tidak memenuhi persyaratan yang telah dibuat, istri boleh minta nikahnya dibatalkan dan berhak menuntut hak-hak pernikahan, karena pada persyaratan ini terdapat kebaikan bagi istri dan tidak merusak prosesi akad nikah sama sekali. Rasulullah bersabda:

الْمُسْلِمُونَ عِنْدَ شُرُوطِهِمْ مَا وَافَقَ الْحَق

Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang disepakati bersama selama sesuai dengan kebenaran. (HR Hakim)

وقد جاء في المادة (37/أ) من قانون الأحوال الشخصية الأردني لعام (2010م): “إذا اشترطت الزوجة على زوجها شرطاً تتحقق لها به مصلحة غير محظورة شرعاً، ولا يمس حق غيرها، كأن تشترط عليه أن لا يخرجها من بلدها، أو أن لا يتزوج عليها، أو أن يسكنها في بلد معين، أو أن لا يمنعها من العمل خارج البيت، أو أن تكون عصمة الطلاق بيدها كان الشرط صحيحاً، فإن لم يفِ به الزوج فسخ العقد بطلب الزوجة ولها مطالبته بسائر حقوقها الزوجية”.

Telah ditetapkan dalam Undang-undang Yordania tahun 2010 “Jika seorang istri mensyaratkan pada suaminya sebuah syarat yang bermanfaat baginya dan tidak berupa hal-hal yang terlarang secara syariat dan tidak melanggar hak orang lain, seperti menysaratkan agar tidak membawa keluar istri dari negaranya, atau syarat tidak boleh poligami, atau syarat agar tidak menetap di negara tertentu, atau tidak melarang istri beraktivitas di luar rumah, atau urusan perceraian ditangan istri. Maka jika suami tidak menepatinya maka pernikahannya bisa batal atas permintaan istri dan dia berhak menuntut hak-haknya.

أما إذا كان الوعد شفهياً وغير موثق في العقد، فهذا وعد مجرد لا يمنح الزوجة حق الفسخ، ولكن ينبغي التنبه إلى أن الأصل في المسلم الوفاء بالوعود، وقد أخبر النبي صلى الله عليه وسلم أنّ إخلاف الوعد من صفات المنافقين، حيث قال عليه الصلاة والسلام: (آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ) رواه البخاري. والله تعالى أعلم

Adapun jika perjanjian itu sebatas ucapan dan tidak terucap saat akad, maka ini hanya sebatas janji yang tidak membolehkan istri minta cerai. Namun tetap saja seorang muslim berusaha menepati janji yang telah dibuat. Nabi telah menyampaikan bahwa menyalahi janji adalah sifatnya orang munafiq. Sebagaimana sabdanya: Tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika berkata bohong, jika berjanji diingkari, jika dipercaya khianat. (HR Bukhari)

Diterjemahkan oleh: Akmar Kholid S

Sumber:

اسم المفتي : لجنة الإفتاء
الموضوع : وَعَدَ زوجته أن لا يتزوج الثانية
رقم الفتوى: 1988
التاريخ : 18-01-2012
التصنيف: الحقوق الزوجية
نوع الفتوى: بحثية

Leave a Comment