Hukum Mentalqin Mayit dengan Kalimat Syahadat di atas Kuburan

Fatwapedia.com – Berikut ini adalah fatwa tentang hukum talqin mayit setelah dikubur dengan mengajak berbicara dan mendoakan keteguhan saat ditanya dua malaikat.

السؤال : هل يجوز تلقين الميت أم لا يجوز؟

Pertanyaan: Boleh apa tidak mentalqin mayit?

الجواب :للإجابة على هذا السؤال يجب أن نعرف ما معنى (التلقين)، وما معنى كلمة (يجوز)، و(لا يجوز).

Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan ini kita wajib ketahui terlebih dahulu apa arti talqin dan apa maksud boleh dan tidak boleh

أما تلقين الميت فهو: أن يجلس المسلم عند قبر أخيه المسلم بعد دفنه يخاطبه مذكراً إياه بشهادة أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله، وببعض قواعد العقيدة الإسلامية، من أن الموت حق، والجنة حق، والنار حق، وأن الله يبعث مَن في القبور، ويدعو له بالتثبيت عند سؤال الملكين. وليس للتلقين صيغة معيّنة، بل كل ما يؤدّي هذا المعنى يُسمَّى تلقيناً.

Adapun talqin mayit adalah: seorang muslim duduk di kuburan saudaranya sesama muslim setelah di kuburkan berbicara padanya dengan membacakan padanya syahadat serta sebagian masalah aqidah islamiyah, seperti ucapan kematian adalah kepastian, surga itu haq, neraka itu haq, Allah membangkitkan manusia dari alam kubur, lalu mendoakan keteguhan saat menjawab pertanyaan dua malaikat. Tidak ada ucapan khusus untuk mayit, akan tetapi semua ungkapan yang menuju makna seperti diatas disebut talqin.

ومعنى كلمة (يجوز): أن فاعله لا يعاقبه الله تعالى.

Sedangkan makna “boleh” artinya pelaku tidak disiksa oleh Allah

ومعنى كلمة (لا يجوز): أن فاعله يعاقبه الله تعالى.

Dan makna “tidak boleh” pelakunya mendapat siksa dari Allah

ولعل مقصود السائل: هل هو سنّةٌ أم لا؟ لأن السنة ما يُثاب فاعله ولا يُعاقب تاركه.

Sedangkan disini mungkin maksud penanya adalah apakah talqin mayit itu sunnah apa bukan? Karena kalau sunah berarti pelakunya mendapat pahala dan tidak disiksa jika meninggalkan

Baca : Adab dan tatacara mentalqin mayit sesuai Sunnah

لكن تاركها يكون مسيئًا لمخالفته أمر الرسول صلى الله عليه وسلم.

Tapi meninggalkannya adalah tercela karena menyelisihi perintah Rasulullah

بعد هذا نقول: هذا السؤال يُفهم جوابه من الأحاديث التالية:

Setelah ini kita katakan, pertanyaan ini bisa diketahui jawabannya melalui hadits-hadits di bawah ini:

1.  ورد في الحديث الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمر بقتلى المشركين يوم بدر فأُلقوا في قليب (أي بئر لم تطو؛ أي لم تُبن بالحجارة من الداخل)، ثم جاء القليب فجعل ينادي الكفار بأسمائهم وأسماء آبائهم: (يا فلان بن فلان، ويا فلان بن فلان، أيسركم أنكم أطعتم الله ورسوله؟! فإنا قد وجدنا ما وعدنا ربنا حقّاً، فهل وجدتم ما وعد ربكم حقّاً؟!) فقال عمر: يا رسول الله، أتكلِّم أجساداً لا أرواح لها؟! فقال: (والذي نفس محمد بيده، ما أنتم بأسمع لما أقول منهم) رواه البخاري.

Telah sampai hadits shahih bahwa Rasulullah mengeluarkan perintah untuk membunuh orang-orang musyrikin pada perang badar dan dibuang ke Qulaib, yaitu sumur yang belum dibuat dindingnya menggunakan batu, lalu Nabi datang ke sumur dan memanggil orang-orang kafir dengan nama mereka dan nama bapak-bapaknya tanpa keliru: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata (kepada jasad-jasad tersebut), “Wahai fulan, wahai fulan, apakah kalian mendapati janji Allah pada kalian adalah benar? Sungguh, aku telah mendapati janji Allah padaku adalah benar. Umar kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau mengajak bicara suatu kaum yang telah menjadi bangkai?” Rasulullah kemudian bersabda, demi Jiwa Muhammad yang ada dalam genggamannya “Kalian tidak lebih mendengar dari mereka, hanya saja mereka tidak dapat menjawab.”

2.  عن أنس بن مالك رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إن العبد إذا وضع في قبره وتولى عنه أصحابه، وإنه ليسمع قرع نعالهم؛ أتاه ملكان، فيقعدانه فيقولان: ما كنت تقول في هذا الرجل -محمد صلى الله عليه وسلم- فأما المؤمن فيقول: أشهد أنه عبد الله ورسوله. فيقال: انظر إلى مقعدك من النار، قد أبدلك الله به مقعدًا من الجنة فيراهما جميعاً… الحديث) رواه البخاري ومسلم.

Hadits kedua dari Anas bin Malik, dari Nabi bersabda: Sesungguhnya seorang hamba apabila diletakkan di dalam kuburnya dan telah berpaling para pengantarnya, maka ia mendengar bunyi sendalnya, datanglah dua malaikat, lalu mendudukannya seraya berkata: Bagaimana menurut kalian tentang laki-laki ini (maksudnya Nabi Muhammad) Jika orang beriman ia akan menjawab: sesungguhnya dia adalah hamba dan utusan Allah. Malaikat berkata: lihatlah tempatmu di neraka telah Allah ganti dengan tempat di surga, lalu hamba tersebut melihat keduanya (HR Bukhari Muslim)

3.  وعن عثمان بن عفان رضي الله عنه قال: كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا فرغ من دفن الميت وقف عليه فقال: (استغفروا لأخيكم، واسألوا له التثبيت؛ فإنه الآن يُسأل) رواه أبو داود.

Hadits ketiga dari Utsman bin Afan berkata: Dahulu Rasulullah jika telah selesai menguburkan mayit beliau berdiri diatasnya lalu berkata: Mintakanlah ampun untuk saudara kalian dan mohonkan untuknya keteguhan karena saat ini ia sedang ditanya. (HR Abu Dawud)

4.  ورُوي عن أبي أمامة قال: إذا أنا متُّ فاصنعوا بي كما أمرنا النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إذا مات أحد من إخوانكم فسوّيتم التراب على قبره؛ فليقم أحدكم على رأس قبره ثم ليقل: يا فلان بن فلانة، فإنه يسمعه ولا يجيب، ثم يقول: يا فلان بن فلانة، فإنه يستوي قاعداً، ثم يقول: يا فلان بن فلانة، فيقول: أرشدنا يرحمك الله، ولكن لا تشعرون. فليقل: اذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمداً عبده ورسوله، وأنك رضيت بالله ربّاً وبالإسلام ديناً وبمحمد نبيّاً وبالقرآن إماماً. فإن منكراً ونكيراً يأخذ كل واحد بيد صاحبه ويقول: انطلق بنا ما يقعدنا عند من لُقِّن حُجَّته؟!) فقال رجل: يا رسول الله، فإن لم يعرف أمه، قال: (ينسبه إلى أمه حواء: يا فلان بن حواء). هذا الحديث رواه الطبراني في “معجمه الكبير”، وقال الحافظ ابن حجر: إسناده صالح، وبعض العلماء يضعف هذا الحديث وبعضهم يبالغ فيجعله موضوعًا.

Hadits keempat diriwayatkan dari Abu Umamah: ia berkata jika aku mati maka perlakukan aku seperti yang Rasulullah perintahkan: “Jika salah satu dari saudara kalian  mati, maka ratakanlah tanah pada kuburnya. Hendaklah salah satu dari kalian berdiri di pinggir kuburnya dan hendaklah berkata: “wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang mati, pent)” sebab dia bisa mendengarnya tapi tidak bisa menjawabnya. Kemudian berkata lagi : “wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang mati, pent)” sebab dia akan duduk. Kemudian berkata lagi: “wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang mati, pent)” sebab dia akan berkata : “berilah kami petunjuk –semoga Allah merahmatimu-“ dan kalian tidak akan merasakannya. Kemudian hendaklah berkata: “sebutlah sesuatu  yang kamu bawa keluar dari dunia, yaitu persaksian bahwa tiada Tuhan kecuali Allah SWT, Muhammad hamba dan utusan Nya, dan sesungguhnya kamu ridlo Allah menjadi Tuhanmu, Muhammad menjadi Nabimu, dan Al Quran menjadi imammu”, sebab Mungkar dan Nakir saling berpegangan tangan dan berkata: “mari kita pergi. Kita tidak akan duduk (menanyakan) di sisi orang yang telah ditalqini (dituntun) hujjahnya (jawabannya), maka Allah menjadi hajiij (yang mengalahkan dengan menampakkan hujjah) baginya bukan Mungkar dan Nakir”. Kemudian seorang sahabat laki-laki bertanya: wahai Rasulullah! Jika dia tidak tahu ibu si mayit? Maka Rasulullah menjawab: nisbatkan kepada Hawa, wahai fulan bin Hawa” (H.R. Thabrani)

5.  وأوصى عمرو بن العاص رضي الله عنه بالوقوف عند قبره بعد أن يُدفن مقدار ما ينحر جزور؛ ليستأنس بالواقفين عند مراجعة رسل ربه له؛ أي سؤال الملكين.

Hadits kelima: Umar bin Ash berwasiat agar lalu berdirilah kalian di sekitar kuburku (untuk mendoakanku) selama tukang jagal memotong unta dan membagikan dagingnya sehingga aku merasa tenang dengan adanya kalian seraya aku mempersiapkan diri apa yang harus aku jawab kepada utusan Rabbku (yaitu dua malaikat yang akan menanyakanku).”

نستخلص من هذا أن الأحاديث الثلاثة الأولى وهي أحاديث صحيحة تفيد ما يلي:

أ‌. أن الميت يسمع كلام الحيِّ إذا خاطبه، بل يسمع حركة من حوله.

ب‌. أن الميت يُسأل في قبره.

ت‌. أن من المشروع أن يستغفر الحي للميت بعد دفنه، ويطلب له التثبيت عند سؤال الملكين.

Dengan tiga hadits pertama diatas kita dapat mengambil pelajaran sebagai berikut:

1. Mayit mendengar ucapan orang yang hidup jika berbicara padanya, bahkan mndengar gerakan orang di sekitarnya

2. Bahwa mayit ditanya di alam kubur

3. Diantara perkara yang disyariatkan adalah agar orang yang hidup memohonkan ampun untuk mayit setelah dikubur dan didoakan agar diteguhkan saat menjawab pertanyaan dua malaikat.

أما الحديث الرابع فقد استأنس به العلماء وقالوا: إذا كان الميت يسمع فلنسمعه هذه الكلمات التي هو بأمسِّ الحاجة إليها في هذا الموقف، وإن كان الحديث الذي ورد بها ليس قوياً، لكن مضمونه كلام حقٌّ صحيح، ولديهم قاعدة أن الحديث الضعيف يعمل به في فضائل الأعمال، وقد سُئل عن التلقين أحمد بن حنبل فقال: ما رأيت أحداً يفعله إلا أهل الشام حين مات أبو المغيرة، ويُروى فيه عن أبي بكر بن أبي مريم عن أشياخهم أنهم كانوا يفعلونه.

Adapun hadits keempat para ulama telah berkata: Jika mayit bisa mendengar maka hendaknya kita perdengarkan kepadanya kalimat ini (syahadat) yang mana sangat dibutuhkan olehnya pada kondisi ini. Kendati hadits tentang ini tidaklah kuat namun kandungan maknanya merupakan kebenaran. Para ulama memiliki kaidah bahwa hadits dhaif boleh dijadikan hujah untuk keutamaan amal. Ahmad bin Hnbal telah ditanya tentang talqin, beliau berkata: Aku tidak melihat orang yang melakukan talqin kecuali penduduk syam saat Abu Mughirah meninggal. Dan diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abu Maryam dari para gurunya bahwa Dahulu mereka melakukannya.

هذا ما قِيل في الموضوع، بناءً عليه فمن فعله لا ننكر عليه لأن له حجة ما. ومن تركه لا ننكر عليه؛ لأنه لا يرى هذا حجة.

Ini apa yang dikatakan dalam judul, dengan begitu barang siapa melakukan talqin tidak kami ingkari karena mereka punya hujjah dan orang yang meninggalkan juga tidak kami ingkari sebab mereka tidak melihat ini sebagai hujjah

ونسأل الله أن يلقننا حجتنا عند السؤال، وأن يرزقني من يقف على قبري مستغفراً مذكراً لي بهذه الكلمات.

Kami mohon kepada Allah agar Allah berikan kami hujah saat ditanya dan mengkaruniakan kepadaku orang yang berdiri di atas kuburanku seraya memohonkan ampun untukku dan mengingatkan kalimat syahadat ini.

واحرص على محبة المسلمين وأخوتهم ولا تفرق الصفوف بمثل هذه المسائل، فأهم شيء توحيد الله ووحدة الأمة، وراجع في هذه المسألة: “المغني” لابن قدامة/ ج2، “سبل السلام”/ ج2، “التاج الجامع للأصول”/ ج1. وحقيقة الأمر أن من ينكر التلقين إنما ينكره؛ لأنه لا يحفظ صيغة التلقين المتداولة، ويرى أنه لا يليق به أن يجلس على القبر ليلقن الميت، بدليل أن بعضهم يلقي خطاباً على القبر، ولم يمض بذلك السنة.

Dan semangatlah memupuk cinta sesama muslim dan menjalin persaudaraan dan jangan bercerai berai karena semisal maslah seperti ini, tidak ada yang lebih penting dari apapun selain mentauhidkan Allah dan menyatukan umat. Dan hakikat persoalannya adalah orang yang mengingkari talqin maka sesungguhnya ia hanya mengingkarinya karena tidak menjaga bentuk kalimat talqin yang berlaku, serta mereka melihat sebagai perbuatan tidak pantas berdiri di atas kuburan untuk mentalqin mayit dengan dalil sebagian mereka mengucapkan talqin dengan cara menyeru (berbicara dengan mayit) yang demikian tidak berlaku dari sunnah.

Baca juga: Hukum Mentalqin Mayit Setelah Dikuburkan

Diterjemahkan oleh: Akmar Kholid S
Sumber: Syaikh Nuh Ali Salman

“فتاوى الشيخ نوح علي سلمان” (فتاوى الجنائز / فتوى رقم/2)

Leave a Comment