Wabah Melanda, Masjid Ditutup, Bolehkah Menjamak Shalat Di Rumah?

Wabah Melanda, Masjid Ditutup, Bolehkah Menjamak Shalat Di Rumah?


Fatwapedia.com – Berikut ini fatwa tentang hukum menjamak shalat karena adanya larangan shalat berjamaah di masjid. Saat wabah melanda, Masjid ditutup, bolehkah Menjamak Shalat di rumah?

السؤال :

هل يجوز جمع صلاة العشاء مع المغرب بسبب الحظر؟

الجواب :

Pertanyaan: Bolehkah menjamak shalat isya dengan maghrib karena sebab ada larangan shalat di masjid?

الحمد لله، والصلاة والسلام على سيدنا رسول الله 

أباح الإسلام الجمع بين الصلاتين رخصة في بعض الصور، كالسفر والمطر والخوف، وأجاز بعض العلماء الجمع بسبب المرض للمريض الذي يشقّ عليه أداء الصلاة على وقتها، 

Jawaban: Islam membolehkan dua shalat digabung (jamak) sebagai keringanan dalam beberapa keadaan, seperti saat perjalanan, hujan dan saat ketakutan, dan sebagian ulama membolehkan menjamak shalat karena sakit yang penderita mengalami kesulitan menunaikan shalat tepat waktu.

واستدلوا لذلك بحديث ابن عباس رضي الله تعالى عنهما: “جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالعَصْرِ، وَبَيْنَ المَغْرِبِ وَالعِشَاءِ بِالمَدِينَةِ مِنْ غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ”.

Mereka berargumentasi dengan hadits Ibnu Abas, ia berkata: Rasulullah menjamak shalat dzuhur dan ashar, shalat maghrib dengan shalat isya di Madinah tanpa sebab takut maupun hujan. 

والجمع بين صلاتي المغرب والعشاء في الأوقات التي تغلق فيها المساجد بسبب انتشار الأوبئة لا يصح؛

لعدم وجود العذر الشرعي الذي يجيز ذلك، والواجب على المسلم المحافظة على أداء الصلاة على وقتها؛

Menjamak shalat maghrib dan isya karena Masjid ditutup saat merebaknya wabah tidak sah;

Karena tidak terpenuhinya syarat udzur syari yang membolehkan hal itu, yang wajib bagi setiap muslim menjaga shalat pada waktunya;

 لأنّ لكل صلاة وقت محدد في الشرع، ويجب أن تؤدى فيه، لقوله تعالى: {إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى المُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا} [النساء: 103]، ولقوله صلى الله عليه وسلم لما سئل عن أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: (الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا) رواه البخاري.

Karena setiap shalat memiliki waktu yang telah ditentukan oleh syariat, dan wajib dikerjakan pada waktu tersebut. Karena firman Allah yang artinya: Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. Dan hadits Nabi saat ditanya amalan apa yang paling utama, beliau menjawab Shalat pada waktunya (HR. Bukhari).

والجمع بين الصلاتين رخصة على خلاف الأصل، ومعلوم عند الفقهاء أنّ الرخص لا يقاس عليها، 

فلا يجوز قياس صورة جديدة لم ينصّ عليها شرعاً حتى وإن كانت المشقة فيها أكثر،

Dan menjamak dua shalat merupakan keringanan yang menyelisihi hukum asalnya, dan telah diketahui dikalangan fuqaha bahwa rukhsah ini tidak bisa diqiyaskan dengan yang lain. Maka tidak boleh meqiyaskan perkara baru yang tidak ada nashnya secara syariat bahkan hingga kesulitan itu lebih besar.

 فكما لا يجوز الجمع بسبب الغبار الشديد، والحر الشديد، فكذا لا يجوز الجمع بسبب الحظر،  

خاصة أنّ من حكمة الجمع هو رفع المشقة عند العودة إلى الصلاة الثانية، 

وفي وقت الحظر لا توجد إمكانية ابتداءً للعودة إلى الصلاة الثانية. 

Sama seperti tidak bolehnya menjamak shalat karena sebab debu yang tebal, panas menyengat, maka begitu juga tidak boleh menjamak karena sebab pemboikotan (larangan), Lebih khusus, karena diantara hikmah jamak adalah menghilangkan kesulitan saat kembali ke waktu sholat berikutnya. 

Sedangkan di waktu terlarang, tidak ada posibilitas kesulitan sedari awal, untuk kembali menuju shalat kedua (yang dianggap bisa dijamak)

ويجوز أن تصلى الصلوات في هذه الحالة على وقتها جماعة في البيوت، ويتحصل بإذنه تعالى على أجر الجماعة كاملة، 

Dan anda boleh shalat lima waktu pada kondisi ini tepat waktu secara berjamaah di rumah, dan mendapatkan pahala shalat berjamaah secara sempurna dengan izin Allah.

والمسلم إذا صلى منفرداً بعذر يكتب له أجر الجماعة؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم: (إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا) رواه البخاري. والله تعالى أعلم.

Seorang muslim jika shalat sendirian karena ada halangan maka ia dicatat pahala shalat berjamaah, berdasarkan sabda Nabi: Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar, maka dicatat baginya seperti kebiasaan yang dilakukan saat muqim (menetap) dan saat sehat. (HR Bukhari). Wallahu a’lam.

Alih bahasa: Akhmar Kholid S.

Gabung grup WA klik disini: https://chat.whatsapp.com/Lx3oEdNBND0IU4Gm3dG1A0

Link video: https://youtu.be/ZwicHukvwLE

Sumber: www.aliftaa.jo

Leave a Comment