Kisah Nabi Uzair 'Alaihissalaam

Kisah Nabi Uzair "Alaihissalaam

Fikroh.com – Uzair adalah salah seorang tokoh Bani Israil. Para ulama berbeda pendapat apakah dia seorang Nabi ataukah seorang yang shalih dari kalangan Bani Israil.

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, 

أنه من أنبياء بنى إسرائيل، وأن نبوته كانت فيما بين داود وسليمان وبين زكريا ويحيى، وأنه كان من حافظى التوراة

“Yang masyhur, Uzair adalah seorang Nabi dari Nabi-nabi Bani Israil. Beliau hidup di antara zaman Daud-Sulaiman dan zaman Zakariya-Yahya. Dan dia termasuk penghafal Taurat”

Sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang dihidupkan kembali dari kematiannya sebagaimana dalam surat Al Baqarah adalah Uzair alaihissalam.

Allah ta’ala berfirman,

أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ 

Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah roboh?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, “Berapa lamakah kamu tinggal di sini?” Ia menjawab, “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami menutupnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati), dia pun berkata, “Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Al Baqarah: 159)

Wafat Selama Seratus Tahun

Dahulu Uzair adalah seorang hamba yang shalih dan penuh hikmah. Suatu hari dia keluar untuk menuju sebuah desa. Di desa tersebut dia mendatangi reruntuhan bangunan, Ketika hari semakin panas, Uzair memasuki bangunan tersebut untuk berteduh. Wallahu a’lam, reruntuhan tersebut kemungkinannya adalah puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan Nebukadnezar dari Babilonia.

Lalu ia turun dari keledai dan membawa sebuah keranjang yang berisikan buah tiin dan satu keranjang lagi berisikan buah anggur. Kemudian ia berteduh di bawah bayangan bangunan tersebut dan mengeluarkan nampan yang ia bawa. Lalu ia memeras anggur yang ia bawa di nampan tersebut. Kemudian ia mengeluarkan roti kering dan mencelupkannya ke dalam perasaan anggur tersebut untuk ia makan. Lantas ia merebahkan dirinya dan menyandarkan kakinya ke tembok seraya memandang atap rumah tersebut dan memandang segala yang ada di dalamnya yang roboh yang temboknya bahkan telah roboh menutupi atapnya. Ia melihat penghuninya yang telah musnah dan tulang-belulangnya hancur. 

Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” 

Ia bukan berarti meragukan bahwa Allah akan menghidupkannya kembali, namun ia merasa takjub. Maka Allah mengutus malaikat untuk mencabut nyawanya, lalu Allah mematikannya selama seratus tahun. 

Dibangkitkan Kembali

Setelah seratus tahun berlalu, sedangkan di kalangan Bani Israil telah terjadi berbagai peristiwa dan kejadian besar. Allah lalu mengutus malaikat kepada Uzair, Malaikat tersebut membuat hatinya agar berakal, matanya yang dapat memandang sehingga ia memahami bagaimana Allah menghidupkan orang yang telah mati. Kemudian malaikat tersebut menyusun jasadnya sedangkan Uzair melihatnya dengan matanya. Kemudian membalut tulangnya dengan daging, rambut, dan kulit, lalu ditiupkan ruh kedalamnya. Semua kejadian tersebut ia saksikan dengan kedua matanya.

Setelah selesai ia pun duduk dan malaikat tadi bertanya, “Berapa lama kamu tinggal di sini?” 

Uzair menjawab, “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Sebab ia tidur di siang hari dan dibangkitkan kembali di sore hari sebelum matahari tenggelam. 

Malaikat tadi berkata, “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya. Coba lihat makanan dan minumanmu, yaitu roti kering dan air perasan anggurmu. Keduanya belum berubah sama sekali. Demikian halnya dengan buah tin dan anggur yang tidak berubah dari kondisinya semula.” 

Malaikat itu kemudian mengatakan, 

“Apakah dirimu masih tidak mempercayai apa yang aku katakan kepadamu? Lihatlah kepada keledai kamu. Lihatlah kepada keledaimu yang telah menjadi tulang belulang dan telah hancur.”

Malaikat tersebut menyeru kepada tulang-tulang keledai tersebut dan tulang-belulang itu pun datang dari segala arah. Lalu malaikat tadi menyusun kembali tulang-tulang tersebut dan menumbuhkan bulu dan kulit padanya. Lalu ditiupkanlah ruh kepadanya sehingga keledai tersebut bangkit dan mengangkat kepala dan telinganya kelangit mengira bahwa hari kiamat telah tiba. 

Inilah yang Allah firmankan,

وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ 

Dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami menutupnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati), dia pun berkata, “Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Al Baqarah: 159)

Kembali Ke Kampungnya

Lalu Uzair menaiki keledainya untuk kembali ke kampungnya. Namun orang-orang tidak mengenalnya dan ia pun tidak mengenal mereka. Akhirnya Uzair mendatangi rumahnya. Ternyata di rumah tersebut terdapat seorang wanita tua yang buta dan lumpuh dan berusia seratus dua puluh tahun sedang duduk-duduk di rumah tersebut. Wanita tersebut dulunya adalah budak mereka. “Uzair meninggalkan kaumnya ketika wanita tersebut berumur dua puluh tahun yang sebelumnya mengenal Uzair. 

Uzair berkata kepadanya, “Apakah ini rumah Uzair?” 

Wanita tersebut menjawab, “Benar. Ini adalah rumah Uzair.” 

Wanita tua itu kemudian menangis seraya berkata, “Aku belum pernah mendengar seseorang yang menyebut-nyebut nama Uzair. Manusia telah benar-benar melupakannya.” 

Uzair berkata, “Aku adalah Uzair. Allah telah mematikanku selama seratus tahun kemudian menghidupkanku kembali.” 

Wanita tua tadi berkata, “Subhaanallah, kami telah kehilangan Uzair selama seratus tahun dan kami tidak mendengar beritanya lagi. Uzair adalah seorang yang mustajab doanya. Ia senantiasa mendoakan yang sakit dan tertimpa musibah untuk diberikan kesehatan dan kesembuhan. Berdoalah kepada Allah agar mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihatmu. Bila benar kamu adalah Uzair maka aku akan mengenalimu.”

Lalu Uzair berdoa kepada Allah dan mengusapkan tangannya di kedua mata wanita tadi dan langsung sembuh. Kemudian ia memegang tangannya seraya berkata, “Bangkitlah dengan seizin Allah.” Maka Allah menyembuhkan kakinya dan ia pun dapat berdiri seperti sedia kala seolah-olah ia lepas dari ikatan. 

Wanita tua itu melihat Uzair dan berkata, “Aku bersaksi bahwa kamu adalah Uzair.” 

Lalu wanita tadi pergi ke tempat perkumpulan orang-orang Bani Israil sedangkan mereka tengah di tempat perkumpulan mereka. Anak Uzair adalah seorang yang telah berusia seratus delapan belas tahun sedangkan cucunya adalah pemuka di majlis tersebut. 

Wanita tua tadi berkata, “Ini Uzair telah datang kepada kalian.” 

Mereka tidak mempercayai ucapan sang wanita.

Wanita tadi berkata, “Saya adalah fulanah, seorang budak wanita kalian. Uzair telah berdoa kepada Allah sehingga Allah mengembalikan penglihatanku dan menyembuhkan kakiku. Ia berkata bahwasanya Allah telah mematikannya selama seratus tahun lalu menghidupkannya kembali.” 

Maka orang-orang pun mendatanginya dan anaknya berkata, “Ayahku sebuah memiliki tanda di antara kedua pundaknya.” Uzair pun membuka pundaknya dan ternyata ia benar-benar Uzair. 

Penulisan Kembali Taurat Dan Dianggap Anak Allah

Orang-orang Bani Israil berkata, “Di antara kami tidak ada yang hafal Taurat yang telah dibacakan oleh Uzair kepada kami. Namun, Bukhtanashr telah membakar Taurat dan tidak tersisa kecuali sedikit yang dihafal oleh sebagian orang. Maka tuliskanlah kembali untuk kami.” 

Di masa Nebukadnezar, ayah Uzair yang bernama Saruukh, telah menyembunyikan Taurat dengan cara ditanam di suatu tempat yang tidak ada yang mengetahui kecuali Uzair. Maka Uzair pergi bersama mereka ke tempat tersebut lalu menggali dan mengeluarkan Taurat dari dalam tanah. Kertas Taurat tersebut telah rusak dan hancur serta tulisanya telah terhapus. 

Uzair kemudian duduk di bawah pohon untuk memperbaharui Taurat, sedangkan orang-orang Bani Israil berada di sekelilingnya. Tiba-tiba turunlah dua cahya dari langit masuk ke dalam tenggorokan Uzair. Ia pun menyebutkan Isi Taurat dan memperbaharuinya bagi Bani Israil. Karena peristiwa inilah kemudian orang-orang Yahudi mengatakan, “Uzair anak Allah.” 

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ 

Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putra Allah, ” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih itu putra Allah.” Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Wallahu a’lam.

Penulis: Wira Mandiri Bachrun

Sumber: Qashashul Anbiya’ Ibnu Katsir.

Leave a Comment