Hukum Menggunakan Minyak Bekas Pakai Menggoreng Babi

Hukum Menggunakan Minyak Bekas Pakai Menggoreng Babi
Pertanyaan: Saya seorang mahasiswa dari Jerman, kami sering pergi ke kantin kampus untuk makan agar hemat waktu dan keuangan. Namun setelah diperhatikan ternyata kantin kampus dan sebagaian besar rumah makan di sekitar kampus menggunakan minyak goreng bekas pakai yang sudah berulang kali. Contohnya minyak sudah digunakan untuk menggoreng daging babi setelah itu dipakai untuk menggoreng daging ayam. Pertanyaannya bolehkah makan daging ayam yang digoreng menggunakan minyak bekas menggoreng babi?
Jawaban: Pertama -tama, perlu diketahui bahwa para ulama telah sepakat akan najisnya daging babi, hal ini berdasarkan pada firman Allah;

Wahai Muhammad, katakanlah kepada kaum kafir Quraisy: “Aku tidak menemukan syariat dalam kitab yang diwahyukan kepadaku tentang hal-hal yang kalian haramkan seperti keyakinan kaum jahiliyah. Adapun yang diharamkan untuk dimakan hanyalah bangkai, darah yang mengalir, dan daging babi. Karena semua itu adalah barang kotor atau menjijikkan. Begitu juga semua sembelihan yang disembelih dengan menyebut nama tuhan selain Allah. Siapa saja yang terpaksa atau tanpa sengaja dan tidak melampaui batas memakan barang yang diharamkan itu, Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.” (Al-An’am : 145) lihat kitab Al Mausu’ah Al Fiqhiyah.
إذا ثبتت نجاسة لحم الخنزير ، فإنه ينجس الزيت الذي يقلى فيه ، وينجس الطعام المقلي بهذا الزيت، لأن المائع اذا اتصل بالنجاسة تنجس، وتنجس ما وضع فيه بعد.
Kedua, jika telah disepakati akan kenajisan daging babi maka minyak yang telah digunakan untuk memasaknya juga najis. Bahkan segala makanan yang dimasak atau digoreng dengan bekas minyak ini juga najis. Karena setiap b3nda cair yang tercampur dengan sesuatu yang najis maka menjadi najis. Dan najislah segala sesuatu yang bersentuhan dengannya.
وقد روى البخاري (2991) ومسلم (1940) عَنْ أَنَسٍ قَالَ : ” لَمَّا فَتَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ أَصَبْنَا حُمُرًا خَارِجًا مِنْ الْقَرْيَةِ فَطَبَخْنَا مِنْهَا فَنَادَى مُنَادِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( أَلَا إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْهَا فَإِنَّهَا رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ ) فَأُكْفِئَتْ الْقُدُورُ بِمَا فِيهَا وَإِنَّهَا لَتَفُورُ بِمَا فِيهَا ” .
Imam Bukhari telah meriwayatkan hadits dari Anas, bahwasanya ia berkata:
و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمَّا فَتَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ أَصَبْنَا حُمُرًا خَارِجًا مِنْ الْقَرْيَةِ فَطَبَخْنَا مِنْهَا فَنَادَى مُنَادِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا إِنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يَنْهَيَانِكُمْ عَنْهَا فَإِنَّهَا رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَأُكْفِئَتْ الْقُدُورُ بِمَا فِيهَا وَإِنَّهَا لَتَفُورُ بِمَا فِيهَا
Dan telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Ayyub] dari [Muhammad] dari [Anas] dia berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan Khaibar, kami menangkap keledai di luar kota lalu kami memasaknya. Tiba-tiba datang pesuruh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berseru, ‘Perhatian! Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian semua memasak daging keledai, karena daging keledai itu najis, sesungguhnya itu termasuk perbuatan setan.’ Maka salah seorang menumpahkan periuk sehingga isinya tertumpah.” [HR Muslim]
فأمر النبي صلى الله عليه وسلم بإكفاء القدور بما فيها من ماء طبخ فيه ذلك اللحم المحرم .
Dalam hadits ini Rasulullah menyuruh menumpahkan (membuang) air yang ada dalam panci bekas memasak daging haram. Padahal ini hanyalah daging keledai yang tingkat keharamannya lebih ringan dari daging babi. Maka apabila panci yang berisi air saja ditumpahkan karena telah digunakan untuk memasak daging yang haram, menumpahkan minyak yang telah digunakan untuk memasak daging babi tentu lebih dianjurkan lagi.
” آكل بعض الأحيان بمطعم الطلبة ، وطبعا أتجنب المحرمات ، ولكن أحيانا أطلب بطاطا مقلية ، أو بيضا مقليا ، رأيت ذات مرة القائمة على هذا العمل تقلي في نفس الزيت بيضا مع لحم لا أدري كنهه ، ولكني شبه متيقن بأنه لحم خنزير ، فهل يحرم أكل البيض والبطاطا ؟
Ulama lajnah pernah ditanya, pada sebagian waktu saya makan di kantin kampus, dan tentu saja tidak memakan yang haram-haram, namun terkadang aku memesan bebek goreng atau telur goreng, pernah pada suatu ketika aku melihat minyak yang telah digunakan untuk menggoreng entah apa, dipakai juga menggoreng telur, namun saya curiga dan kuat dugaan bahwa daging yang baru saja digoreng adalah babi, pertanyaan; apakah halal memakan telur goreng dan bebek goreng yang dimasak dengan minyak sisa daging babi?
فأجابوا : ” إذا تيقنت أن طعاما قلي في سمن أو زيت قد قلي فيه من قبل لحم خنزير فلا تأكل منه ، وإلا جاز لك الأكل منه ” انتهى من “فتاوى اللجنة الدائمة” (22 /283) .
Jawaban: jika anda yakin bahwa makanan yang digoreng tadi adalah menggunakan minyak bekas menggoreng babi, maka jangan dimakan, namun jika kamu tidak yakin akan hal itu kamu boleh memakannya. Selesai kutipan sumber lajnah daimah (22/283)
” بعض المطاعم تشوي لحم البقر على نفس الصفيحة التي تشوي عليها لحم الخنزير ، فهل يجوز أكل ذلك اللحم ؟ وكذلك تستخدم نفس السكين في القطع .
Ulama lajnah juga pernah ditanya, sebagian restauran memasak daging sapi menggunakan wajan yang sama yang telah digunakan memasak daging babi, bolehkah memakan daging sapi tersebut? Dan bagaimana pula hukum menggunakan pisau bekas memotong daging babi?
فأجابوا : ” لا يجوز أكل لحم البقر المشوي على الصفيحة التي يشوى عليها لحم الخنزير ، والسكين كذلك ” انتهى من “فتاوى اللجنة الدائمة” (22 /285) .
Dijawab: tidak boleh memakan daging sapi bekas wajan yang digunakan menggoreng daging babi, begitu juga pisaunya. Selesai kutipan. Sumber fatwa lajnah daimah (22/285)
لا يجوز استعمال هذه الأواني التي يطبخ فيها المحرم إلا بعد غسلها .
Ketiga, tidak boleh menggunakan wadah bekas pakai memasak daging haram sebelum dicuci hingga bersih. Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari Abu Tsa’labah;
فروى البخاري (5478) ومسلم (1930) عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ قَالَ : قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّا بِأَرْضِ قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أَفَنَأْكُلُ فِي آنِيَتِهِمْ ؟ قَالَ : إِنْ وَجَدْتُمْ غَيْرَهَا فَلَا تَأْكُلُوا فِيهَا ، وَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَاغْسِلُوهَا وَكُلُوا فِيهَا ) .
Aku berkata: “Wahai Nabiyallah, sesungguhnya kami tinggal di negerinya kaum Ahli Kitab, apakah kami boleh makan di wadah mereka? maka jika kamu mendapatkan selain bejana mereka, maka kamu jangan memakan menggunakan wadah mereka. Jika kamu tidak mendapatkan wadah lain, maka cuci saja wadah mereka dan makanlah padanya.
Dan hukum ini berlaku bagi siapa saja yang menggunakan wadah dengan bekas najis,
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَاصِمٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ زَبْرٍ عَنْ أَبِي عُبَيْدِ اللَّهِ مُسْلِمِ بْنِ مِشْكَمٍ عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّا نُجَاوِرُ أَهْلَ الْكِتَابِ وَهُمْ يَطْبُخُونَ فِي قُدُورِهِمْ الْخِنْزِيرَ وَيَشْرَبُونَ فِي آنِيَتِهِمْ الْخَمْرَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ وَجَدْتُمْ غَيْرَهَا فَكُلُوا فِيهَا وَاشْرَبُوا وَإِنْ لَمْ تَجِدُوا غَيْرَهَا فَارْحَضُوهَا بِالْمَاءِ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا
Telah menceritakan kepada kami Nashr bin ‘Ashim telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Syu’aib telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Al ‘Ala bin Zabr dari Abu ‘Ubaidullah Muslim bin Misykam dari Abu Tsa’labah Al Khusyani bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata, “Sesungguhnya kami bertetangga dengan orang ahli kitab sementara mereka merebus babi di dalam kuali mereka dan minum khamr dalam bejana mereka?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila kalian mendapatkan selainnya maka makan dan minumlah padanya, dan apabila kalian tidak mendapatkan selainnya maka cucilah menggunakan air dan makan serta minumlah!
قال الخطابي رحمه الله : ” والأصل في هذا أنه إذا كان معلوماً من حال المشركين أنهم يطبخون في قدورهم لحم الخنزير ويشربون في آنيتهم الخمور فإنه لا يجوز استعمالها إلاّ بعد الغسل والتنظيف ” انتهى من “معالم السنن” (4/ 257) .
Al Khitabi berkata: Hukum asalnya dalam hal ini adalah, jika sudah diketahui bahwa orang musyrik memasak dengan kendi-kendi mereka daging babi serta menjadikan wadah-wadahnya untuk minum khamr, maka tidak boleh menggunakan wadah tersebut kecuali setelah dicuci dan dibersihkan. Selesai kutipan, lihat ma’alim sunan (4/257)
Keterangan diatas menunjukkan bahwa penggunaan wadah bekas memasak daging haram seperti babi dan yang selainnya boleh memakainya saat diperlukan dengan syarat dicuci terlebih dahulu.
Dengan demikian tidak diperbolehkan memakan makanan yang digoreng dengan minyak yang telah digunakan untuk menggoreng daging babi, tidak boleh juga menggunakan tempat yang telah dipakai kecuali setelah dicuci. Jika telah yakin bahwa minyak yang dipakai telah diganti dan wadah atau alat yang digunakan telah dicuci maka boleh memakan masakannya. Wallahu alam.

Leave a Comment