Cabang-cabang Ilmu Bahasa Arab Dan Karakteristiknya

Cabang-cabang Ilmu Bahasa Arab Dan Karakteristiknya

Fatwapedia.com – Mempelajari suatu bahasa artinya mempelajari berbagai macam unit dan unsur yang terkandung di dalamnya. Dalam berbahasa sendiri setidaknya ada dua materi kasar yaitu:

1. Lafadz atau Teks

2. Makna

Dari kedua macam unsur ini saja masih banyak lagi pembagiannya, itulah bahasa, suatu hal yang cukup kompleks untuk dipelajari. Hal ini tak terkecuali dalam bahasa Arab, pembelajaran terhadapnya pun dipecah menjadi beberapa ilmu. Ada yang menyebutkan 13 cabang, ada yang menyebutkan 14 cabang, dan lain sebagainya. Namun, secara garis besar, cabang ilmu bahasa Arab yang paling masyhur dan penting adalah sebagai berikut:

1. Ilmu Sharaf

Secara sederhana, sharaf adalah ilmu yang fokus pembelajarannya adalah tentang kata. Dalam ilmu sharaf, kata sebagai unit penyusun kalimat dipelajari dari sisi perubahannya dan karakteristik bentuknya. Semisal :

يُسْلِمُ

Artinya “memukul”

Dalam ilmu sharaf, kata يُسْلِمُ ini akan dicari tau akar katanya apa dan kata يُسْلِمُ itu sendiri berbentuk apa? 

Maka dapat diketahui bahwa kata يُسْلِمُ itu sendiri adalah kata yang berbentuk “fi’il mudhori'” yaitu kata kerja yang menunjukkan makna “sekarang atau akan”, dengan karakteristik :

• Diawali oleh huruf-huruf mudhara’ah yaitu ي , ت , أ , ن. 

Sedangkan akar katanya adalah أَسْلَمَ yang berbentuk “fi’il madhi” yaitu kata kerja yang menunjukkan makna “telah/sudah”. Lalu dapat diketahui pula bahwa perubahan أَسْلَمَ sebagai akar kata ke يُسْلِمُ sebagai cabang kata adalah perubahan yang mengikuti rumus :

أَفْعَلَ – يُفْعِلُ = أَسْلَمَ – يُسْلِمُ

أَفْعَلَ = أَسْلَمَ

يُفْعِلُ = يُسْلِمُ

Pencocokan rumus أَفْعَلَ ke أَسْلَمَ :

  • Huruf pertama berupa hamza qatha’ yang berharakat fathah, dan statusnya dalam kata tersebut adalah hanya sebagai huruf tambahan “ziyadah”
  • Huruf kedua dari kedua kata tersebut sama-sama berharakat “sukun”
  • Huruf ketiga dari kedua kata tersebut sama-sama berharakat “fathah”
  • Huruf keempat dari kedua kata tersebut sama-sama berharakat “fathah”

Pencocokan rumus يُفْعِلُ ke يُسْلِمُ :

  • Huruf pertama sama-sama berupa huruf ya’ yang berstatus sebagai huruf tambahan khusus untuk setiap fi’il mudhari’ atau yang biasa disebut dengan huruf mudhara’ah. Dan dalam hal ia berharakat “dhammah”
  • Huruf kedua dari kedua kata tersebut sama-sama berharakat “sukun”
  • Huruf ketiga dari kedua kata tersebut sama-sama berharakat “kasrah”
  • Huruf keempat dari kedua kata tersebut sama-sama berharakat “dhammah”

Sehingga, karena يُسْلِمُ pasti mengikuti rumus يُفْعِلُ , maka akar katanya yaitu fi’il madhinya pasti أَسْلَمَ karena memang rangkaian rumusnya adalah :

أَفْعَلَ – يُفْعِلُ

2. Ilmu Nahwu

Secara sederhana, nahwu adalah ilmu yang fokus pembelajarannya adalah kalimat. Dalam ilmu ini kita diajari bagaimana cara menyusun kata-kata sehingga menjadi kalimat yang benar secara kaidah, berikut dipelajari pula tentang jabatan setiap kata dalam suatu kalimat. Semisal:

قَرَأَ مُحَمَّدٌ القُرْآنَ

Artinya “Muhammad telah membaca Al-Qur’an”

Dengan mempelajari ilmu nahwu, kita akan tau bahwa kalimat di atas tersebut disusun dengan pola sebagai berikut :

• Predikat (Kata Kerja) + Subjek (Pelaku) + Objek (Korban)

Kemudian, jabatan setiap katanya adalah :

• Kata قَرَأَ sebagai kata kerja

• Kata مُحَمَّدٌ sebagai pelaku

• Kata القُرْآنَ sebagai objek

Bila kita tidak mempelajari ilmu nahwu, bisa saja kita menyusun kalimat tersebut sebagai berikut :

القُرْآنَ مُحَمَّدٌ قَرَأَ

Dan kalimat semacam ini adalah kalimat yang menyalahi kaidah karena pola urutan susunan kalimat yang dibenarkan dalam bahasa Arab itu adalah :

Predikat + Subjek + Objek

Atau :

Subjek + Predikat + Objek

3. Ilmu Balaghah

Secara sederhana, ilmu balaghah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara mengindahkan suatu susunan kalimat dari sisi arti tanpa menyalahi kaidah-kaidah nahwu dan sharafnya. Baik dengan cara mengotak-atik diksi (pemilihan) katanya atau dengan cara memodifikasi susunan kalimatnya, dan lain sebagainya. Contohnya:

رَأَيْتُ بَحْرًا فِيْ المَسْجِدِ

Artinya “Aku melihat lautan di Masjid”

Kata بَحْرًا disana bermakna “orang dermawan”. Kata tersebut digunakan untuk menggantikan/mewakilkan kata رَجُلًا كَرِيْمًا (seorang dermawan), karena antara “lautan” dan “kedermawanan” ada sisi kesamaan yaitu sama-sama pemberi tanpa pamrih. Laut selalu memberikan segala apa yang dimilikinya kepada manusia tanpa menuntut balik, begitupula orang dermawan selalu memberikan harta-hartanya pada orang lain tanpa mengharap imbalan apapun. 

Sebetulnya bisa saja kalimatnya disusun sebagai berikut :

رَأَيْتُ رَجُلًا كَرِيْمًا فِيْ المَسْجِدِ

Kata رَجُلًا كَرِيْمًا dalam kalimat tersebut terlalu mainstream, biasa-biasa saja nilai keindahannya, karena terlalu sering digunakan untuk mewakilkan makna tersebut. Namun bila kata tersebut kita ganti dengan kata lain yang bisa merepresentasikan makna yang sama, maka nilai keindahan kalimat tersebut menjadi tinggi.

4. Ilmu Arudh 

Secara sederhana, ilmu arudh adalah ilmu yang mempelajari tentang pola-pola atau rumus-rumus dalam pembuatan syair. Hal ini bertujuan agar seseorang bisa membedakan antara perkataan yang termasuk syair dengan perkataan yang bukan termasuk syair. Karena syair dalam bahasa Arab memiliki pola susunan tersendiri yang dinamakan dengan “bahar”.

5. Ilmu Qawafi

Masih terkait dengan ilmu penyusunan syair dalam bahasa Arab, hanya saja ilmu qawafi ini lebih berfokus pada bunyi/harakat terakhir dari suatu rangkaian syair atau bait syair.

6. Dan Lain-lain

Sebetulnya masih banyak cabang-cabang ilmu bahasa Arab lainnya semisal ilmu wadh’, ilmu isytiqaq, ilmu fiqh al-lughah, ilmu insya’, dan lain sebagainya. Hanya saja, kelima cabang ilmu yang kami sebutkan sebelumnya adalah cabang-cabang ilmu yang paling populer dan merupakan cabang-cabang ilmu yang wajib didahulukan untuk dipelajari oleh para pemula dalam belajar bahasa Arab.

Oleh : Bait Sibawaih Institute

Leave a Comment