Inilah 8 Amalan Penghapus Pahala

Inilah 8 Amalan Penghapus Pahala


Fatwapedia.com – 8 Amalan penghapus pahala adalah tulisan lanjutan dari 14 amalan penghapus pahala. Berikut ini penjelasan selengkapnya 8 amalan penghapus pahala

7. Meninggalkan Sholât ‘Ashr

Siapa saja yang meninggalkan Sholât ‘Ashr, maka terhapuslah ‘amalnya sebagaimana yang diriwayatkan dari Shohâbat Buroiroh رضي الله عنه.

Kata Baginda Nabî ﷺ:

مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ

(arti) “Siapa saja yang meninggalkan Sholât ‘Ashr, maka terhapuslah pahala ‘amalannya.” [HR al-Bukhôrî no 594; an-Nasâ-î no 474; Ahmad no 21879, 21881,21948, 21967, 21970].

Sholât ‘Ashr itu adalah sholât penutup di dalam siklus satu harian, sehingga apabila ditinggalkan, maka ‘amalan sehari itu akan terhapus. Maka apalagi orang yang meninggalkan banyak sholât atau bahkan meninggalkan seluruh sholât sama sekali?

8. Meninggikan Suara Melebihi Suara Nabî ﷺ

Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

(arti) “Wahai orang-orang yang mu’min, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabî, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian dari kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) ‘amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” [QS al-Hujurôt (49) ayat 2].

Apabila di zaman Baginda Nabî ﷺ masih hidup dulu ‘amalan seorang muslim bisa terhapus karena meninggikan suaranya di atas suara Nabî, maka di zaman sekarang pun hal ini tetap bisa terjadi…

Yaitu ketika seseorang dibawakan hadîts Nabî ﷺ lalu dibantahnya begitu saja dengan tanpa memakai ‘ilmu dengan pemahaman yang benar, hanya untuk membenarkan hawa nafsu rendahannya.

Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

(arti) “Wahai orang-orang yang berîmân, ta’atilah Allôh dan ta’atilah Rosûl, dan janganlah kalian menggugurkan pahala ‘amal-‘amalmu.” [QS Muhammad (47) ayat 33].

9. Istri Yang Durhaka, Budak Yang Melarikan Diri, Pemimpin Yang Dibenci Kaumnya

Suatu ketika Baginda Nabî ﷺ pernah menceritakan tentang Syurga dan Neraka yang diperlihatkan kepada Beliau ﷺ ketika sholât.

Kata Baginda Nabî ﷺ:

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ ، قَالُوا لِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ :‏ بِكُفْرِهِنَّ ‏،‏ قِيلَ يَكْفُرْنَ بِاللَّهِ ، قَالَ ‏:‏ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ ، وَلَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

(arti) “Dan aku melihat Neraka, aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini, dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para perempuan.” ; Para Shohâbat lalu bertanya: “Mengapa para perempuan menjadi mayoritas penghuni Neraka, wahai Rosûlullôh?” ; Beliau ﷺ menjawab: “Disebabkan kekufuran mereka.” ; Ada yang bertanya kepada Beliau: “Apakah para perempuan itu kufur kepada Allôh?” ; Beliau ﷺ menjawab: “(Tidak, melainkan) Mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya kamu berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya), niscaya ia akan berkata: “Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu!”.” [HR al-Bukhôrî no 5197; Muslim no 907; Ahmad no 2576, 3202; Mâlik no 454].

Kekufuran perempuan itu adalah hanya karena melihat kekurangan suami sekali saja, padahal banyak kebaikan lainnya yang telah diberikan oleh suaminya, namun dianggap tidak ada sama sekali. Persis seperti kata pepatah: “Hujan yang turun setahun seakan-akan terhapus dengan kemarau yang sehari”.

Kata Baginda Nabî ﷺ:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ

(arti) “Allôh tidak akan melihat seorang isteri yang tidak bersyukur kepada suaminya, padahal ia sangat butuh kepada suaminya.” [HR al-Hâkim, al-Mustadrok IV/174].

Baginda Nabî ﷺ juga pernah berkata:

ثَلاَثَةٌ لاَ تُجَاوِزُ صَلاَتُهُمْ آذَانَهُمُ الْعَبْدُ الآبِقُ حَتَّى يَرْجِعَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَإِمَامُ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ

(arti) “Ada tiga golongan manusia yang sholât mereka tidak (diangkat) melampaui telinga mereka, yaitu: ⑴ budak yang kabur dari majikannya sampai ia kembali, ⑵ seorang istri yang melewati malam hari dalam keadaan suaminya murka kepadanya, ⑶ seorang imâm bagi sekelompok kaum padahal mereka membencinya.” [HR at-Tirmidzî no 360].

Berdasarkan hadîts mulia di atas, selain isteri yang durhaka karena tidak mengakui kebaikan suaminya, ada 2 lagi yang orang yang terhapus ‘amal kebaikannya, yaitu:

🔹 Budak yang melarikan diri dari tuannya.

🔹 Imâm (pemimpin) suatu kaum yang kaumnya itu membencinya.

10. Melakukan ‘Amalan Harôm Tatkala Bersendirian

Maksudnya adalah seseorang ketika ia berada di depan orang lain, maka ia menampakkan ‘amalan-‘amalan kebaikan. Namun tatkala ia sedang bersendirian, maka ia pun melakukan hal-hal yang diharômkan.

Kata Baginda Nabî ﷺ:

لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ، قَالَ ثَوْبَانُ ‏:‏ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ ‏، قَالَ ‏:‏ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

(arti) “Sungguh aku telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari ummatku yang datang pada Hari Qiyâmat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihâmah yang putih, lantas Allôh menjadikannya sia-sia.” ; Tsauban berkata: “Wahai Rosûlullôh, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, agar kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya?” ; Beliau ﷺ berkata: “Sungguh-sungguh mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka sholât malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jikala menyepi (tidak ada orang lain yang melihatnya) dengan (mengerjakan) apa-apa yang diharômkan Allôh, maka mereka terus (segera) melanggarnya.” [HR Ibnu Mâjah no 4245].

11. Memelihara Anjing Selain Anjing Penjaga Gembalaan, Kebun & Berburu

Kata Baginda Nabî ﷺ:

مَنْ أَمْسَكَ كَلْبًا فَإِنَّهُ يَنْقُصُ كُلَّ يَوْمٍ مِنْ عَمَلِهِ قِيرَاطٌ ، إِلاَّ كَلْبَ حَرْثٍ أَوْ مَاشِيَةٍ – إِلاَّ كَلْبَ غَنَمٍ أَوْ حَرْثٍ أَوْ صَيْدٍ

(arti) “Siapa saja yang memelihara anjing, maka pahal ‘amalan kebaikannya akan berkurang setiap harinya sebesar satu qiro-ath (satu qiro-ath adalah sebesar gunung Uhud), selain anjing untuk menjaga tanaman atau hewan ternak – kecuali anjing gembala kambing, penjaga kebun, atau untuk berburu.” [HR al-Bukhôrî no 2322, 3324; Muslim no 1574, 1575 (di dalam riwayat Muslim kehilangan 2 qiro-ath); Ibnu Mâjah no 3204; Ahmad no 9129, 9733, 19655].

Jadi tidak ada ceritanya memelihara anjing untuk sekedar “pet” yang untuk lucu-lucuan.

12. Membunuh Seorang Mu’min Tanpa Sebab

Kata Baginda Nabî ﷺ:

مَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا فَاعْتَبَطَ بِقَتْلِهِ لَمْ يَقْبَلِ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلاَ عَدْلاً

(arti) “Siapa saja yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja dan tanpa sebab (dan ia bergembira dengannya), maka Allôh takkan menerima ‘amalan wajib maupun ‘amalan sunnahnya.” [HR Abû Dâwûd no 4270].

13. Pecandu Khomr (Minuman Keras)

Kata Baginda Nabî ﷺ:

مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ يَقْبَلِ اللَّهُ لَهُ صَلاَةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَادَ لَمْ يَقْبَلِ اللَّهُ لَهُ صَلاَةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَادَ لَمْ يَقْبَلِ اللَّهُ لَهُ صَلاَةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَإِنْ عَادَ الرَّابِعَةَ لَمْ يَقْبَلِ اللَّهُ لَهُ صَلاَةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا فَإِنْ تَابَ لَمْ يَتُبِ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَقَاهُ مِنْ نَهْرِ الْخَبَالِ

(arti) “Siapa saja yang meminum khomr, maka Allôh takkan menerima sholâtnya selama 40 hari. Apabila ia bertaubat, maka Allôh akan menerima taubatnya. Akan tetapi, bila ia kembali melakukannya, maka Allôh takkan menerima sholâtnya selama 40 hari. Apabila ia bertaubat, maka Allôh akan menerima taubatnya. Namun bila ia kembali lagi melakukannya, maka Allôh takkan menerima lagi sholâtnya selama 40 hari. Apabila ia bertaubat Allôh akan menerima taubatnya. Apabila ia kembali melakukannya pada kali ke-4, maka Allôh tidak menerima sholâtnya selama 40 hari, dan setelah itu, jika ia bertaubat, Allôh tidak akan menerima taubatnya, dan ia akan diberi minum dari sungai Khobâl (sungai dari nanah di dalam Neraka).” [HR at-Tirmidzî no 1785; an-Nasâ-î no 5670; Ibnu Mâjah no 3377; Ahmad no 6355, 6484, 20526; ad-Dârimî no 2136].

Kata Baginda Nabî ﷺ:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ

(arti) “Pecandu khomr tidak akan masuk Syurga.” [HR Ibnu Mâjah no 3376 ~ dishohîhkan oleh Syaikh Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî, Silsilah al-Ahâdîts ash-Shohîhah no 678].

14. Berkata Dusta & Memfitnah (Saat Berpuasa)

Kata Baginda Nabî ﷺ:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

(arti) “Siapa saja yang tidak meninggalkan az-zûr (perkataan dusta dan memfitnah), namun malah meng‘amalkannya, maka Allôh tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang ia tahan.” [HR al-Bukhôrî no 1903, 6057; Abû Dâwûd no 2362; at-Tirmidzî no 707; Ibnu Mâjah no 1689; Ahmad no 9463, 10158].

Semoga الله Subhânahu wa Ta‘âla senantiasa menggerakkan qolbu-qolbu kita agar bisa mewaspadai segala hal yang bisa menggugurkan ‘amalan kebaikan kita ataupun yang bisa mengurangi keberkahannya.

Mari kita berdo’a:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً ، وَرِزْقاً طَيِّباً ، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

{allôhumma innî as-aluka ‘ilmân nâfi‘ân, wa rizqôn thoyyibân, wa ‘amalân mutaqobbalan}

(arti) “Wahai Allôh, aku memohon kepada-Mu ‘ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan ‘amal yang diterima.” Wallahu a’lam.

[Oleh: Arysad Syahrial]

Leave a Comment