Bolehkah Menjamak Shalat Dzuhur dan Ashar karena Macet?


Fatwapedia.com – Berikut ini adalah fatwa tentang hukum menjamak shalat karena terjebak macet di jalan. Dikutip dari situs islamqa pertanyaan nomor 96229.

Fatwa nomor 96229

يجب أداء الصلاة في مواقيتها كما أمر الله تعالى بقوله : ( حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ ) البقرة/238 ، وقال : ( إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا ) النساء/103 ، وينبغي الحذر من تضييعها وتأخيرها عن وقتها ؛ لقوله تعالى : ( فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ) مريم/59 .

وقد جاء في شأن صلاة العصر خاصة قوله صلى الله عليه وسلم : ( مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ ) رواه البخاري (553).

Wajib hukumnya menunaikan shalat tepat pada waktunya sebagaimana perintah Allah dalam firman-Nya (artinya):

“Peliharalah semua salat dan salat wusṭā.Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk.” Dan juga firman-Nya (artinya): “Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Dan seyogyanya untuk hati-hati agar tidak meninggalkan dan menunda shalat dari waktunya. Allah berfirman (artinya): “Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat.”

Dan hadits Nabi yang secara khusus menyebutkan kedudukan shalat ashar, yang artinya: “Barang siapa meninggalkan shalat ashar maka terhapuslah amalnya.” ( HR Bukhari)

ومن علم أن الصلاة قد تفوته أثناء تنقله بسبب زحام المواصلات ، فعليه أن يحتاط لصلاته ، وأن يؤديها قبل الركوب ، أو يعجل بالركوب ليتمكن من أداء الصلاة فور نزوله .

Barang siapa mengerti bahwa shalatnya akan ketinggalan jika bepergian karena macet yang lama, maka hendaknya ia berhati-hati dengan shalatnya, hendaknya shalat sebelum berkendara, atau segera berkendara agar bisa shalat saat telah sampai

ومن تأمل أحوال الناس وجد كثيراً منهم لا يهتم بأمر الصلاة ، ولا يحتاط لها ، وقد يُؤَذَّن للصلاة ، فيمضي ليلحق بإحدى المركبات دون أن يصلي ، فيخرج عليه الوقت ، وقد يتمكن من أدائها فور نزوله ، فيؤخرها حتى يصل إلى بيته فتفوته ، وهذا كله تفريط وتضييع لأمر هذه العبادة العظيمة .

Siapa saja yang merenungi kondisi manusia hari ini akan mendapati banyak sekali mereka yang tidak memperhatikan urusan shalatnya, tidak menjaganya, bahkan terkadang sudah terdengar kumandang adzan saja tetap berlalu dengan kendaraannya tanpa shalat dulu, sehingga habis waktunya, dan bahkan terkadang memungkinkan sampai tujuan dengan cukup waktu untuk shalat, justru memperlambat kendaraan hingga akhirnya waktu habis. Ini semua sikap bermudah-mudahan dalam urusan ibadah yang agung (shalat)  

لكن لو قُدّر أن الإنسان ركب سيارة قبل دخول الوقت ، ولم يمكنه إيقافها لأداء الصلاة ، وغلب على ظنه أن الصلاة ستفوته إن أخرها إلى نزوله ، فإن كانت الصلاة مما تجمع إلى ما بعدها ، كالظهر مع العصر ، أو المغرب مع العشاء ، أخرها لوقت الثانية ، ولو لم يكن مسافرا ؛ لأن الجمع يجوز عند الحاجة ولو في الحضر . وإن كانت الصلاة لا تجمع مع ما بعدها ، كالعصر مع المغرب ، فإنه يصليها راكبا ، ويومئ بالركوع والسجود ، فإن لم يكن على وضوء تيمم ، ولا يجوز له تأخير الصلاة حتى يخرج وقتها .

وينبغي أن يحرص المسلم على أن يكون على طهارة في جميع الأحوال 

Namun jika diperkirakan, apabila naik naik kendaraan belum masuk waktu shalat dan tidak mungkin menghentikan kendaraannya untuk shalat dan iya yakin jika terus melaju akan kehabisan waktu, dan shalat tersebut bisa dijamak seperti dzuhur dengan ashar, maghrib dengan isya maka ia boleh mengakhirkan sahalatnya dengan cara jamak ta’khir meskipun ia bukan musafir. Karena menjamak shalat itu boleh dilakukan karena darurat meskipun bukan musafir. Namun jika shalat tersebut tidak bisa di jamak seperti ashar dengan maghrib maka ia shalat ashar di dalam kendaraan, dengan menggunakan isyarat rukuk dan sujud, dan jika tidak dalam keadaan wudhu maka boleh tayamum. Tidak boleh menunda shalat hingga habis waktunya. Selayaknya seorang muslim berusaha menjaga wudhunya dalam setiap kondisi.

وكذلك إذا كنت تخشى من فوات وقت صلاة العصر بسبب ركوبك القطار , فإنك تجمعها جمع تقديم مع الظهر .

وقد ذكرت في سؤالك أنك تصلي صلاة الظهر أحياناً بعد وقتها بسبب المحاضرات , وهذا لا بأس به إذا احتجت إلى ذلك , ولكنك في هذه الحال تنوي جمعها مع صلاة العصر جمع تأخير.

Begitu juga jika kamu khawatir akan kehabisan waktu shalat ashar dikarenakan naik kereta api maka kamu boleh menjamak taqdim dengan shalat Dzuhur. Anda menyebutkan dalam pertanyaanmu bahwa terkadang shalat dzuhur setelah habis waktunya karena kuliah, ini tidak mengapa jika kamu membutuhkan hal itu, namun dalam kondisi ini kamu niatkan menjamak dengan shalat ashar (jamak ta’khir)

وقد ذكرت أن المسافة بين بلدك والجامعة حوالي 60 كلم , وهذا لا يؤثر على جواز الجمع بين الصلاتين عن الحاجة إلى ذلك لأن الجمع بين الصلاتين جائز في الحضر وفي السفر , إذا وجدت مشقة في فعل كل صلاة في وقتها .

Anda menyebutkan jarak antara rumah dan kampus 60 Km, jarak ini tidak mempengaruhi akan bolehnya menjamak dua shalat karena adanya kebutuhan untuk itu karena jamak itu boleh baik dalam keadaan muqim atau safar, jika kamu menemukan kesulitan untuk mengerjakan shalat tepat waktu.

وقد دل على جواز الجمع بين الصلاتين في الحضر , ما رواه مسلم عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ : جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ ، وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ ، بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ. قِيلَ لِابْنِ عَبَّاسٍ : مَا أَرَادَ إِلَى ذَلِكَ ؟ قَالَ : أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَهُ .

Telah jelas dalil yang menunjukkan bolehnya jamak dua shalat untuk orang yang tidak safar hadis riwayat Muslim dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah menjamak shalat Dzuhur dengan ashar, Maghrib dengan isya di Madinah tanpa sebab takut ataupun hujan. Ibnu Abbas ditanya apa maksudnya? Nabi bermaksud agar tidak menyulitkan umatnya 

وقد سئل الشيخ ابن عثيمين رحمه الله : إذا نويت السفر وصليت الظهر في مكان إقامتي فهل يجوز لي تقديم العصر وجمعه مع الظهر إذا خشيت أن تفوتني صلاة العصر ؟ خصوصاً وأن السيارة ليست ملكاً لي وقد لا تقف في الطريق إلا بعد الغروب ؟ وهل يجوز أن أصلي وأنا جالس في السيارة وهي سائرة في طريقها ؟

Syaikh Utsaimin telah ditanya: Jika aku berniat safar dan aku shalat dzuhur di tempat tinggalku, bolehkah aku shalat ashar dengan cara menjamaknya karena khawatir akan kehabisan waktu ashar. Terlebih lagi mobil bukan milik pribadi yang terkadang tidak berhenti di jalan kecuali setelah maghrib, dan booehkah aku shalat sambil duduk diatas kendaraan yang sedang melaju?

فأجاب : ” لا بأس أن تجمع في هذه الحال لأن الجمع رخصة , كلما احتاج الإنسان إليه فإنه يجمع , ولهذا ثبت في الصحيح من حديث ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلي الله عليه وسلم جمع في المدينة من غير خوف ولا مطر . قيل له : ما أراد بذلك ؟ قال : أن لا يحرج أمته . أي : أن لا يلحقها حرج إذا صلت كل صلاة في وقتها , فإذا كنت تعرف أن هذه السيارة ليست بيدك , وأنها قد لا تتوقف إذا سارت من بعد الظهر إلى بعد الغروب فإنه يجوز لك أن تجمع الظهر إلى العصر وأنت في منزلك , ولكن تصليها في هذه الحال أربعاً , لا تصليها ركعتين , لأنك لم تبدأ السفر الآن ” انتهى من “فتاوى نور على الدرب”.

Syaikh menjawab: Pada kondisi ini tidak mengapa anda menjamak karena ia merupakan dispensasi (keringanan) ketika ia dalam satu urusan boleh menjamak. Oleh karena itu telah ditetapkan dalam hadits seperti tersebut diatas. Nabi menghendaki kemudahan bagi umatnya. Apalagi jika kamu tahu mobil ini tidak dikemudikan olehmu, yaang mana terkadang ia tidak berhenti dari dzuhur sampai setelah maghrib, maka kamu boleh shalat Dzuhur dan ashar di rumahmu, namun dikerjakan masing-masing empat rakaat bukan dua rakaat (qasar) karena anda belum safar saat itu. Selesai. (Fatwa Nur ‘ala darbi)

Diterjemahkan oleh: Akmar Kholid S

Leave a Comment