Bolehkah Menerima Ucapan Selamat Hari Raya dari Non Muslim?

Bolehkah Menerima Ucapan Selamat Hari Raya dari Non Muslim?

Fatwapedia.com – Saat umat islam merayakan hari raya idul fitri maupun idul adha, kemudian diberi ucapan selamat oleh penganut agama lain. Jika demikian bolehkah Menerima ucapan selamat atau tahni’ah saat hari raya dari non-muslim dan bagaimana menyikapinya? 

Pertama-tama kita uraikan komentar para ulama tentang hukum saling mengucapkan selamat saat hari raya dengan sesama muslim.

Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari menyebutkan tentang perkara tahni’ah saat hari raya ied :

(فائدة) قال القموليّ لم أر لأحد من أصحابنا كلامًا في التهنئة بالعيد والأعوام والأشهر كما يفعله الناس لكن نقل الحافظ المنذري عن الحافظ المقدسي أنَّه أجاب عن ذلك بأنّ الناس لم يزالوا مختلفين فيه والذي أراه أنّه مباح لا سنّة فيه ولا بدعة انتهى

“[Faidah] Berkata Al-Qamuli : Aku belum menemukan bagi salah seorang ulama kita [dalam madzhab Syafi’I] pendapat berkenaan dengan tahni’ah/ucapan selamat dalam rangka hari raya, acara tahunan, atau acara bulanan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang. Akan tetapi Al-Hafidz Al-Mundziri menukil dari Al-Hafidz Al-Maqdisi bahwasanya ia menjawab persoalan ini dengan jawaban,

‘Orang-orang berselisih dalam memandang hukum perbuatan ini, dan apa yang aku pandang mengenai masalah ini ialah, bahwa tahni’ah/ucapan selamat saat hari raya merupakan perbuatan yang mubah [boleh], bukan sunnah dan juga bukan bid’ah. Selesai.‘ (Asna Al-Mathalib, 1/283).

Boleh jadi ucapan selamat ini hukumnya menjadi dianjurkan, jika itu menambah ikatan ukhuwwah dan kebahagiaan antar sesama muslim, khususnya di moment hari raya.

Telah disebutkan oleh para ulama bahwa para sahabat saling memberi tahni’ah ketika hari raya ied tiba.

1. Syaikhul Islam Ibn Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari (2/446) menyebut :

وروينا في ((المحامليّات)) بإسناد حسن عن جبير ابن نفير قال : ((كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض : تقبل الله منا ومنك ))

“Telah diriwayatkan kepada kami di Al-Mahamiliyyat dengan sanad yang hasan, dari Jubair Ibn Nufair bahwasanya ia berkata : ((Dahulu para sahabat Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wasallam jika saling bertemu pada hari raya Ied mereka saling berucap satu sama lain : TaqabbalAllaahu minna wa minka)).

2. Imam Ibn Taimiyyah ditanya tentang hukum ucapan selamat hari raya :

أما التهنئة يوم العيد، بقول بعضهم لبعض إذا لقيه بعد صلاة العيد : تقبل الله منا ومنكم، و: أحال الله عليك، ونحو ذلك، فهذا قد روي عن طائفة من الصحابة أنهم كانوا يفعلونه، ورخّص فيه الأئمة، كأحمد وغيره، لكن قال أحمد: أنا لا أبتدئ أحدًا، فإن ابتدأني أحدٌ أجبته، وذلك لأنّ جواب التحية واجب، وأما الإبتداء بالتهنئة فليس سنة مأمورًا بها، ولا هو أيضًا مما نهي عنه، فمن فعله فله قدوة، ومن تركه فله قدوة، والله أعلم.

“Adapun tahni’ah/ucapan selamat pada hari raya ied, dalam bentuk ucapan TAQABBALALLAAHU MINNA WA MINKUM satu sama lain selepas shalat Ied, atau ucapan : AHAALALLAAHU ‘ALAYK, dan semisalnya, maka dalam hal ini telah diriwayatkan dari sebagian kalangan sahabat bahwa mereka melakukan hal tersebut [saling mengucapkan selamat di hari raya].

Dan para Imam memberi kelonggaran dalam masalah ini, seperti Imam Ahmad dan selainnya. Akan tetapi Imam Ahmad memberi catatan : Aku tidak akan memulai ucapan selamat kepada siapapun, akan tetapi jika ada yang mengucapkan selamat kepada ku terlebih dahulu, aku akan menjawabnya. Sebab menjawab salam dan penghormatan hukumnya wajib, sedangkan memulai ucapan selamat saat hari raya bukan lah sunnah yang diperintahkan [oleh Baginda Nabi]. Dan bukan pula perkara yang terlarang. Barangsiapa mengerjakannya, maka ia memiliki tuntunan. Dan barangsiapa meninggalkannya, maka ia juga memiliki tuntunan. Wallahu a’lam. (Majmu’ Al-Fatawa, 24/253).

3. Al-Imam As-Suyuthi di dalam Al-Hawi lil Fatawi (1/93-94) menyebutkan banyak riwayat berkenaan dengan ucapan selamat/tahni’ah ulama salaf saat hari ‘ied.

Diantaranya : 

أَخْرَجَ الطَّبَرَانِيُّ فِيْ الدُّعَاءِ وَالبَيْهَقِيُّ عَنْ رَاشِدِ بْنِ سَعْدٍ أنَّ أَبَا أُمَامَةَ وَوَاثِلَة لَقِيَاهُ فِيْ يَوْمِ عِيْدٍ فَقَالَا : تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ

Imam At-Thabarani telah mengeluarkan di dalam Ad-Du’a, dan Al-Bayhaqi sebuah riwayat dari Rasyid Ibn Sa’d bahwasanya Abu Umamah dan Watsilah bertemu dengannya di hari raya, maka mereka berucap : TaqabbalAllaahu minna wa minka.

وأخرج البيهقي من طريق أدهم مولى عمر بن عبد العزيز قال : كنّا نقول لعمر بن عبد العزيز في العيدين : تقبل الله منا ومنك يا أمير المؤمنين، فيردّ علينا مثله ولا ينكر ذلك

Imam Al-Bayhaqi telah mengeluarkan riwayat dari jalur Adham [Maula Umar Ibn Abdil Aziz], ia berkata : Kami dahulu senantiasa mengucapkan kepada Umar Ibn Abdil Aziz di dua hari raya, “TaqabbalAllaahu minna wa minka ya Amiral Mu’minin”. Maka Umar Ibn Abdil Aziz menjawab dengan ucapan serupa dan tidak mengingkari hal tersebut.

4. Imam Ibn Qudamah menyebutkan di dalam Al-Mughni (2/259) bahwa Muhammad Ibn Ziyad berkata : “Aku pernah hidup bersama Abu Umamah Al-Bahili dan selainnya daripada sahabat Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wasallam. Mereka jikalau pulang dari shalat Ied akan berucap satu sama lain : TaqabbalAllaahu minna wa minka.”

Imam Ahmad menyebutkan bahwa sanad riwayat tersebut jayyid. (lihat, Al-Jauhar An-Naqiy, 3/320).

Dan masih banyak lagi riwayat dan komentar serupa dari para ulama berkenaan dengan ucapan selamat/tahni’ah saat hari raya ‘ied bagi sesama muslim.

Muncul pertanyaan, bagaimana jika yang memberi ucapan selamat tersebut adalah non muslim? Seperti, misalnya ucapan selamat dari atasan non muslim atau kerabat/tetangga non muslim. Atau ucapan, “mohon maaf lahir bathin”.

Jawaban dari Syaikh Khalid Rifa’i kurang lebih bahwa mereka tidak terlarang menjawab ucapan selamat/tahni’ah dari orang kafir saat hari raya iedul fithri dan adha. Misal jika dengan bahasa Arab, “kullu ‘aam wa antum bi khoyr”, dijawab dengan jawaban yang sama, “kullu ‘aam wa antum bikhoyr”.

Atau dalam bahasa Indonesia, “Selamat Idul Fithri/Idul Adha, Mohon maaf lahir bathin”.

Tidak mengapa mengatakan kepada orang kafir, “mohon maaf lahir bathin” jika mereka terlebih dahulu mengucapkan selamat. 

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا  إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu [dengan yang serupa]. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An-Nisa [4] : 86). Wallaahu a’lam.

Leave a Comment